“Sebenarnya hanya masalah sepele Aairah. Waktu aku hendak membeli rempah – rempah, tak sengaja aku bertabrakan dengannya dan menginjak kakinya. Aku sudah meminta maaf kepadanya. Namun ia malah menyeretku.”
“Mengapa tidak ada yang menolongmu? Padahal setahuku di Qasr Al Farid selalu ramai kalau siang begini.” tanya Aairah sambil menatap Daleela.
“Itu karena mereka semua takut kepadanya. Kepada lelaki pemabuk seperti dia. Aku baru menyadari bahwa ia mabuk saat ia mengancamku. Saat wajah kami berdekatan. Dari mulutnya keluar aroma minuman keras.” jawab Daleela.
“Kau mengenalnya?” tanya Aairah.
“Tidak. Aku tidak mengenalnya.” jawab Daleela singkat.
“Oh…” ucap Aairah.
Setelah cukup lama berjalan, sampailah mereka bertiga di pemukiman Qasr Al Binth. Aairah dan Hamra berpamitan kepada Daleela.
“Mmm… Aairah tunggu.” ucap Daleela sesaat sebelum meninggalkan mereka berdua.
“Iya, ada apa Daleela?” tanya Aairah.
“Hamra, kau masuklah dulu. Siapkan makan malam untuk Tuan Rashad. Sebentar lagi suamiku akan pulang.” perintah Aairah.
“Baik Nyonya. Hamba masuk dulu.” jawab Hamra.