Mereka berdua akhirnya terlibat adu kekuatan. Di tengah padang pasir yang sepi dan panas.
Lelaki itu berlari menyerang Aairah. Dalam jarak beberapa langkah, ia mengayunkan pukulan membabi - buta.
Aairah yang telah siaga dalam posisi menyerang, mengepalkan kedua tangannya. Menangkis segala pukulan dari lelaki itu.
Tak kehabisan akal, lelaki itu melepas sorbannya. Membukanya hingga menjadi selembar kain panjang. Ia mempergunakan sorbannya untuk menyerang Aairah. Ia mengayun – ayunkan sorbannya ke arah Aairah.
Aairah yang telah terlatih dalam membela diri, mampu menahan serangan bertubi – tubi dari si lelaki. Hingga akhirnya sorban itu berhasil direbutnya, menjadi senjatanya.
Tak putus asa, si lelaki tetap saja menyerang Aairah dengan tangan kosong. Aairah dengan lincahnya menghindar dari serangan – serangan itu.
“Menyerahlah kau Tuan, kini nyawamu ada di tanganku.” ucap Aairah dengan tangan melilitkan sorban ke leher si lelaki kuat – kuat.
Aairah kini memegang kendali.
“Apa? Menyerah katamu? Pantang bagiku bertekuk lutut dihadapan wanita.” teriak lelaki itu.
“Kau mau mati?” bentak Aairah.
“Bunuh saja aku. Habisi aku sekarang.” tantang lelaki itu.