Satu dua orang yang melewati pemain musik gambus itu, melemparkan koin kearahnya. Setiap lemparan koin yang diterima, dibalas dengan senyuman dan tabuhan musik gambus oleh si pemain.
“Terimakasih – terimakasih….” ucapnya dengan senang hati.
Daleela akhirnya sampai juga di Qasr Al Farid. Dengan langkah pelan dan mata mengamati barang – barang yang digelar diatas tanah. Ia mendekati seorang penjual tembikar.
“Mari – mari silakan dipilih tembikarnya…” teriak seorang pedagang tembikar.
“Berapa Tuan harga periuk ini?” tanya Daleela.
“Lima koin emas. Bolehlah kurang sedikit.” jawab penjual tembikar sambil menyodorkan sebuah periuk dari tanah liat yang dilukis dengan cat warna – warni membentuk sebuah gambar bunga.
“Empat koin emas. Tidak lebih.” tawar Daleela sambil membolak – balik periuk ditangannya.
Penjual gerabah berpikir sejenak. Tak lama kemudian ia akhirnya menyetujui tawaran Daleela.
“Baiklah. Sini biar saya bungkuskan untuk Nyonya.” jawab si penjual.
Daleela melanjutkan langkahnya. Ia berjalan mendekati pintu Qasr Al Farid. Menuju seorang wanita tua yang duduk disebuah batu besar.
“Permisi, berapakah harga dupa ini?”