Mohon tunggu...
Choirul Rosi
Choirul Rosi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen yang hobi membaca buku dan novel

Cerita kehidupan yang kita alami sangat menarik untuk dituangkan dalam cerita pendek. 🌐 www.chosi17.com 📧 choirulmale@gmail.com IG : @chosi17

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Teana - Teana (Part 6 - Lanjutan 2)

12 April 2017   12:38 Diperbarui: 12 April 2017   12:50 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Sudah – sudah, cepatlah kalian selesaikan pekerjaan kalian. Setelah itu kita makan bersama. Aku sudah mulai lapar.” ucap Ghalib sambil mempersiapkan bekal yang ia bawa.

Mendengar kata lapar, Haydar dan Manaf semakin bersemangat untuk menyelesaikan pekerjaan mereka. Karena mereka berdua sudah tidak sabar untuk menikmati makanan yang disiapkan oleh Ghalib.

Sementara itu suasana di sekitar lorong Al Siq mulai sedikit lengang karena hari beranjak petang. Matahari mulai condong ke Barat. Beberapa orang masih sibuk berlalu lalang membawa barang dagangan mereka diatas kereta unta.

Obor – obor yang tertempel di dinding Al Siq mulai menyala satu persatu. Ada dua – tiga orang yang bertugas menyalakan obor – obor itu. Lorong Al Siq mulai sedikit terang dan hangat. Dindingnya memantulkan cahaya kemerah – merahan semerah matahari senja. Sangat indah.

Malam merangkak turun. Dari kejauhan terdengar suara musik gambus mengalun merdu. Alunan musik itu berasal dari kedai minuman yang cukup ramai di Kota Petra.

“Hei… Haydar, Manaf… Bagaimana kalau sehabis ini kita minum – minum dulu di kedai. Sepertinya kedai itu telah buka.

“Ide bagus Tuan. Sudah lama kita tidak minum – minum semenjak kita meninggalkan Hegra.” jawab Haydar.

“Dasar anak muda. Mendengar kata minum langsung semangat. Bantu aku membereskan peralatanku dulu.” perintah Manaf setelah ia menyelesaikan pahatan terakhirnya.

“Iya Tuan Manaf….” jawab Haydar sambil membungkuk hormat kepada Manaf seperti menghormat kepada raja.

“Kurang ajar kau Haydar….” ucap Manaf tersenyum sinis. Lalu ia tertawa kecil melihat kekonyolan temannya itu.

Pekerjaan pemahatan saluran air di sepanjang Al Siq akhirnya selesai juga. Setelah Haydar dan Manaf mengemasi peralatan mereka dan membasuh tangan mereka dengan air, mereka bertiga makan dengan lahapnya diatas kain yang digelar di atas pasir. Suasananya menjadi sangat akrab. Menghilangkan perbedaan diantara mereka bertiga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun