“Iiii… iyaaa…” jawab ibu itu dengan ekspresi kebingungan dan sedikit kaget. Lalu ia bergerak maju beberapa langkah setelah mengambil kendi air miliknya.
“Kejam sekali prajurit itu, tidak seharusnya ia membentak orang tua. Mereka kan bisa menyuruh dengan suara pelan tanpa perlu membentak.” gerutu Soha di belakang Daleela.
“Sohaaaa…. Sebaiknya kau tutup mulutmu. Kau urusi saja dirimu sendiri.”
“Tapiiiiii….”
“Sohaaa, jangan membantah !”
Soha terdiam. Sambil memeluk kendi yang dibawanya, ia mengantri dengan sabar. Mengamati orang – orang yang kelelahan berdiri. memelototi kelakuan para prajurit yang sangat angkuh. Seolah – olah yang mereka hadapi adalah puluhan domba gurun. Domba yang harus melakukan perintah si gembala. Perintah prajurit kerajaan.
Setelah cukup lama mengantri, Daleela dan Soha mengambil air di penampungan air. Daleela menuruni anak tangga di pojok kolam. Dengan pelan ia melangkahkan kakinya turun. Setelah sampai di permukaan air, ia meminta Soha untuk memberikan kendinya.
“Berikan kendi itu padaku Soha.” perintah Daleela.
“Ini, hati – hati Daleela. Tangganya licin.” ucap Soha.
“Iya aku tahu.”
Daleela mengisi kendinya lalu mengisi kendi Soha. Setelah kendi mereka penuh, Daleela merangkak naik keatas dengan pelan. Ia menyingkap jubahnya sedikit agar kakinya bisa melangkah.