“Terimakasih Ghalib.” ucap Haydar singkat sambil sedikit menahan rasa sakit.
“Inilah gunanya teman Haydar. Saling membantu dalam keadaan apapun.” balas Ghalib.
Manaf pun tersenyum melihat keakraban mereka berdua.
“Duduklah disini, aku masuk dulu untuk mengambil kain dan beberapa ramuan obat.” ucap Manaf sambil meninggalkan mereka berdua di ruang utama rumahnya yang tidak begitu besar.
“Bagaimana keadaanmu Haydar, apakah masih terasa sakit?” tanya Ghalib sambil memberikan minuman kepadanya.
“Terimakasih minumannya. Lenganku cuma tergores sedikit. Tidak terlalu dalam. Mungkin dalam beberapa hari segera mengering.” Balas Haydar.
“Ini dia obatnya, aku selalu menyimpannya dirumah untuk penyembuhan berbagai macam penyakit.” ucap Manaf dari dalam ruangan sambil membawa sebuah nampan berisi kendi kecil dan cangkir kecil dari tanah liat.
“Baguslah kalau masih ada, segera kau berikan padaku.” ucap Haydar tidak sabar.
Manaf duduk disebelah Haydar. Tepatnya disebelah kiri. Ia membuka ikatan di lengan kiri Haydar.
Darah segar mengucur pelan. Manaf membersihkannya dengan kain bersih yang sudah dibasahi dengan air hangat.
“Tahan sebentar, mungkin agak sedikit perih.” perintah Manaf. Lalu ia menaburkan bubuk putih diatas luka Haydar. Bubuk ramuan berbagai macam daun obat.