“Iya sama – sama Kang, semoga kelak mereka berdua lekas mendapatkan keturunan untukku.”
“Tentu saja, bukannya itu yang kamu harapkan.?” jawab Warjo sambil tersenyum bahagia untuk Kosasih.
Dan pesta pun digelar. Pesta bersatunya dua kerajaan ikan. Pesta bersatunya Centhini dan Lembudana.
“Centhini, kemarilah Nduk…” ucap ibunya.
“Ada apa ibu.?”
“Sini, ibu pakaikan sesuatu.” ucap ibunya sambil meraih sanggul Centhini. Lalu ia menyelipkan sesuatu kedalam sanggul itu.
“Apa ini Bu?” tanya Centhini.
“Itu adalah tusuk sanggul nenek moyang kita. Diwariskan dari generasi ke generasi. Dulu waktu ibu menikah dengan ayahmu, nenekmu memberikan tusuk sanggul itu kepada ibu. Dan menjelang ayahmu meninggal, beliau berpesan agar memberikan tusuk sanggul itu kepadamu setelah engkau menikah nanti. Jaga baik – baik ya Nduk. Tusuk sanggul itu adalah pusaka kerajaan kita. Pusaka Kerajaan Segaran. Sumber kekuatanmu dan kekuatan kerajaan yang kelak akan kau pimpin.” jawab ibunya.
“Terimakasih Bu, aku akan menjaganya baik – baik.” jawab Centhini sambil tersenyum memeluk ibunya.
“Iya Nduk.”
Tahun berganti tahun, kehidupan di Kerajaan Segaran menjadi ramai. Penuh sukacita menunggu kelahiran seorang calon penerus kerajaan.