“Seharusnya kau mengenali aku. Aku ini istrimu Kakang.?”
“Apaaaa…? Istri katamu…?” gumamnya lirih.
“Benar Kakang. Setelah ratusan tahun aku menunggumu. Ratusan reinkarnasi aku lalui. Akhirnya kau datang lagi dalam kehidupan ini. Bereinkarnasi dalam diri seorang Supardi. Tanda di pelipismu itulah sebagai bukti bahwa dirimu adalah suamiku.” jawab Centhini sambil memeluk Supardi yang terbaring di ranjang.
Seketika itu juga Supardi baru menyadari bahwa dirinya sekarang telah berpindah alam. yakni alam peri. Karena ia sadar betul bahwa istrinya adalah seorang wanita yang gemuk, tidak cantik dan pastinya cerewet. Dan itu tidak ia temukan dalam diri Centhini. Dalam pikirannya hanya terbayang istrinya Sartini.
Belum genap kebingungannya, Supardi merasa heran bahwa dirinya bisa bernapas dalam air. Dalam ruangan itu ia melihat ikan – ikan berenang melintas didepannya. Sesekali ikan itu menatapnya. Menatap mata Supardi dalam – dalam. Tanpa rasa takut sedikitpun.
“Ikan yang aneh.” gumam Supardi dalam hati.
Supardi menyadari bahwa sesuatu yang tidak beres telah terjadi padanya saat ini.
***
Tiga ratus tahun yang lalu…
Kosasih sangat senang. Hari perkawinan putri semata wayangnya telah tiba. Para tamu datang satu – persatu. Memberi bingkisan dan mengantar ucapan selamat.
“Selamat Kosasih, akhirnya kau akan memiliki penerus tahtamu.” ucap Warjo.