“Jadi, kau adalah….”
“Benar, aku adalah Peri Kolam. Aku dan pengikutku mendiami kolam ini sudah ratusan tahun. Tinggal dan beranak – pinak disini. Di Kerajaan Segaran. Bahkan sebelum zaman Majapahit, nenek moyang kami telah mendiami kolam ini. Kolam Segaran.
“Apa katamu.? Sejak zaman Majapahit.? Berarti kau telah berumur ratusan tahun.” ucap Supardi.
“Benar sekali. Bahkan kita sudah saling kenal satu sama lain.”
“Kenal? Maksudmu apa?”
“Kau ingat sepuluh tahun lalu? Saat itu kau masih belia. Umurmu masih belasan tahun. Waktu itu siang hari. Kau dan beberapa temanmu memancing di Kolam Segaran seperti biasanya. Ketika hendak pulang, aku sempat memberikan pertanda kepadamu. Aku sempat melompat – lompat ke permukaan air dalam bentuk seekor ikan gabus hitam. Kaupun sempat melihatku, namun karena teriakan teman – temanmu, kau pergi begitu saja tak memperdulikan aku.” cerita Centhini panjang lebar.
Ingatan Supardi pun melayang ke masa itu, ia berusaha mengingat – ingat apa yang telah diceritakan Centhini kepadanya.
Beberapa saat kemudian…
“Ya, aku ingat kejadian itu. aku pikir itu adalah ikan biasa, jadi aku pergi saja.” ucap Supardi datar.
“Kau keterlaluan Kakang…” balas Centhini.
“Kenapa? Apa salahku?”