"Iya... Eh, Bim. Gw bisa percayakan cerita bodoh super bodoh ini hanya berhenti di lo saja kan?"
"Iyalah... "
"Ok. Sip. Jabat tangan dulu biar afdol" Ayi meraih tangan Bimo. Bimo makin tidak mengeri wanita satu ini. Beberapa saat yang lalu menangis seperti hampir mati. Sekarang tiba-tiba sudah berenergi."
"Laurenciel Avantia!" Bimo memanggil sebelum Ayi benar-benar keluar dari warung itu.
"Ya?"
"Take care" Bimo mengucapkannya dengan sungguh-sungguh. Ayi hanya membalas dengan senyum.
Bimo masih terdiam dan tidak tahu harus berbuat apa ketika Laurenciel Avantia akhirnya menghilang di ujung jalan. Wanita aneh itu sedang PMS mungkin.
Tiga hari kemudian Nana panik karena Ayi menghilang. Dompet, tas, dan telfonnya semua ada di kamar. Bimo tadinya ingin menceritakan pertemuannya dengan Ayi tempo hari, tapi kemudian tidak jadi. Bimo ingat Ayi ingin ke tempat baru di mana tak ada orang yang tahu soal masalahnya. Bimo memutuskan hanya diam saja. Di luar itu Bimo malas ikut campur lebih dalam soal masalah menghilangnya Ayi ini karena urusannya pasti akan panjang.
Namun hilangnya Ayi terus mengganggu pikiran Bimo. Bimo tidak menyangka Ayi benar-benar serius menanggapi solusi asalnya. Entah harus berkata bahwa Ayi bodoh atau berani atau kalap. Untuk jiwa baru dalam tubuhnya, Ayi menukarnya dengan meninggalkan semua hidupnya? Atau apa? Apakah Ayi benar pergi? Atau jangan-jangan Aji sudah tahu lalu membunuh Ayi? Bimo mulai khawatir. Malam hari sebelum tidur, setelah sekian lama, Bimo berdoa. Memohon paling tidak entah bagaimana bisa bertemu lagi dengan Ayi. Memohon Tuhan dan Bunda Maria untuk menjaga Ayi. Laurenciel Avantia.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H