Mohon tunggu...
Gitskai
Gitskai Mohon Tunggu... -

suka cerita apa saja

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Laurenciel Avantia

26 April 2010   16:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:34 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ayi mengangguk.

"Lo ga mau Aji tahu?"

Ayi mengangguk

"Lo ga sanggup menghadapi lingkungan lo?"

Ayi mengangguk.

"Ya sudah. Cari aja tempat baru di mana lingkungan tidak akan mencela lo kalo lo hamil dan punya anak tanpa ayah.."

Bimo merasa jawabannya tidak solutif karena hanya menegasikan dua keadaan yang tidak diinginkan Ayi. Tapi Ayi sendiri tiba-tiba seperti mendapat pencerahan. Ayi mendapat energi baru. Sederhana tapi benar kata Bimo. Yang Ayi butuhkan adalah lingkungan baru. Suasana baru. Dan mungkin persona baru. Tempat di mana Ayi bisa jadi dirinya sendiri tanpa harus bersandiwara. Ayi merasakan kebencian yang amat sangat sekali lagi pada dirinya sendiri dan kemuakan maksimal pada hidupnya.

Sekarang ada jiwa baru dalam tubuhnya dan Ayi tidak mau membuat kesalahan yang sama. Cukup sekali saja perbuatan kejam itu dilakukan, Ayi tidak mau mengulang. Dan untuk pergi jauh dari hidupnya sekarang memulai hidup yang baru, Ayi bisa melakukan itu. Ayi punya kekuatan itu. Uang di tangannya cukup untuk pergi ke mana dia suka selama masih di pulau yang sama. Dan Itu bisa dilakukan malam ini. Ayi bersemangat. Mungkin terdengar nekat, tapi bagi Ayi ini seperti solusi yang mencerahkan. Kepalanya mulai menyusun skenario pelarian dirinya. Langkah pertamanya sama untuk setiap skenario. Pulang ke kosan.

"Thanks ya Bim, udah dengerin gw. Hahaha.. gw kok merasa bodoh gini ya.." Ayi berkata sambil membereskan mejanya.

"Loh, lo mau ke mana?"

"Ga tahu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun