"Minumlah. Aku buatkan teh Darjeeling khusus untukmu. Kamu pasti belum lupa, dari mana asal teh Darjeeling."
"Teh Darjeeling berasal dari India."
"Iya, betul sekali. Meski dari India, Darjeeling sangat disukai di Inggris dan negara-negara bekas koloninya."
Jose meneguk teh Darjeeling pelan-pelan. Wangi teh mengingatkannya pada traveling, negara-negara yang pernah dikunjunginya, dan rencana liburan bersama keluarga kecilnya yang gagal terealisir. Mengingat traveling ternyata menyakitkan.
"Tidakkah kamu ingin mendatangi India lagi, Jose? Atau kamu ingin traveling ke negara lain mungkin...?" tanya Calvin, seakan dapat membaca pikirannya.
"Tidak." jawab Jose singkat, tanpa memandang mata Calvin.
Seulas senyum tipis bermain di bibir pria orientalis itu. Bukan setahun-dua tahun Calvin kenal Jose. Dia tahu, Jose berbohong. Pastilah yang ada di kepalanya kini hanyalah dorongan kuat untuk traveling.
"Kaki palsu bisa membuatmu traveling lagi, Jose." Calvin membujuk halus.
"Kalau tujuanmu hanya ingin menawariku kaki palsu lagi, silakan pergi!" usir Jose.
Calvin menghela napas dalam. "I see. Sudah habis tehnya? Sini kucuci cangkirmu."
Diambilnya cangkir teh yang telah kosong. Menolak dengan halus ketika asisten rumah tangga ingin mengambil alih cangkir itu. Calvin mencucinya sampai bersih.