"Baiklah, baiklah kalau begitu." tukas Sivia, di matanya terpancar dendam kesumat.
"Aku akan melukaimu."
"Silakan."
Calvin membuka jasnya. Memudahkan Sivia untuk memahat luka.
Sedetik. Tiga detik. Lima detik. Sivia menggigit lengan Calvin kuat-kuat. Calvin diam, sempurna terdiam. Tak terdengar sepotong keluhan. Tidak juga erang kesakitan. Siapa pun tahu, Calvin amatlah kesakitan.
Tangis Rossie pecah. Dia tak tahan menyaksikan pemandangan memilukan ini. Kaki jenjangnya berlari meninggalkan rumah. Di depan gerbang, dia bertabrakan dengan kursi roda Jose.
"Lihat-lihat kalau jalan!" hardik Jose, menarik tangan Rossie sampai ia berdiri lagi.
"Kamu harus tahu apa yang terjadi. Lengan sepupumu digigit istrinya...!" isak Rossie.
"Sudah biasa. Aku malah heran kalau lengan Calvin tidak putus karena sering digigit."
Rossie berlari pulang sambil menangis. Sepercik kekaguman dirasakannya pada Calvin. Calvin, tetangganya yang paling baik, paling halus dalam perkataan, dan paling menghargai masakannya.