Jose takkan merasa ada masalah ketika produser itu seorang wanita. Sayangnya, produser itu bergender pria. Bahkan, tergolong pria bermata sipit yang menawan. Berulang kali pria simply irresistable itu memuji kecantikan Alea. Mereka terus saja bernostalgia tentang Profesor-Profesor brilian di Amerika sana yang memuji penampilan mereka.
Cemburu di hati Jose berbaur dengan perasaan underestimate. Produser itu mendominasi layaknya Goliath yang besar, dan dirinya hanyalah Davvid yang kecil, tak berarti. Jose merasa dirinya tak setampan produser acara televisi itu. Dirinya pun tidak bisa menari. Kalau dilihat dari tingkat pendidikan, jelas Alea lebih tinggi darinya. Alea seorang doktor, lulusan luar negeri pula.
Alea yang populer, cantik jelita, memesona, dan cerdas. Hubungan baiknya dengan pria-pria sukses merontokkan kepercayaan diri Jose. Kepercayaan diri berakar jadi cemburu.
"Kenapa kamu tidak menikah saja dengan produser itu? Atau dengan Calvin?" tanya Jose lirih.
Apa-apaan ini? Kernyitan muncul di dahi Alea. Pelan diusapnya lengan Jose.
"Karena takdirku adalah kamu." jawabnya filosofis.
"Kelihatannya dia lebih cocok untukmu. Tinggalkan saja aku. Dari matanya, aku tahu kalau dia jatuh hati padamu."
Alea tertawa hambar. "Jose, tidak mungkin aku menikah dengannya. Aku sudah punya kamu. Aku sudah punya Arini."
"Yah...siapa tahu kamu berubah pikiran. Dengan keadaanku sekarang, gampang sekali kamu berpindah ke lain hati."
Inilah yang tidak disukai Alea dari Jose. Suaminya itu menjadi sangat pesimis sejak kakinya diamputasi.
"Jose, lebih baik kamu terima tawaran kaki palsu dari Calvin." pungkasnya.