Jadi, ini tujuan Calvin menemuinya. Sebuah keputusan bijak ketika Calvin mengajaknya bicara di luar rumah. Waktunya tepat sekali. Calvin bertemu Alea saat Jose sibuk mengurus Arini.
"Aku sedih karena Jose terus-terusan cemburu padaku. Aku tak tau lagi bagaimana menghadapi suamiku. Semua yang kulakukan rasanya sia-sia. Dia hanya mau mendengarkan Arini. Entah aku dianggap apa olehnya. Padahal aku sudah melakukan yang terbaik untuknya."
Dan...tumpahlah beban itu. Kristal bening berjatuhan dari mata Alea. Calvin membelai punggung Alea. Kesedihan membanjiri hatinya. Apa kurangnya wanita ini? Tiap aspek dalam diri Alea didambakan semua wanita. Siapa pun pendamping hidupnya seharusnya bersyukur memiliki istri sesempurna itu.
"Keluarkan semuanya, Alea. Keluarkan..." Calvin terus membelai punggung ibu satu anak itu.
Alea terisak. Ia nyaman, nyaman sekali di dekat Calvin. Seberkas cinta itu masih ada. Calvin akan selalu menjadi cinta dalam hidupnya.
Tidak, Calvin tidak bisa melihat Alea menangis. Separuh hidupnya terlewati bersama perempuan cerdas ini. Dalam gerakan slow motion, Calvin merengkuh Alea. Tak ada penolakan. Tak ada kepura-puraan.
Calvin dan Alea berpelukan. Bertahun-tahun lewat sejak terakhir kali Alea dipeluk seerat ini oleh cinta pertamanya. Ini pelukan pertama Calvin untuk Alea ssejak mereka berdua sama-sama terikat pernikahan.
Cairan dari mata Alea tumpah membasahi jas Calvin. Pemiliknya tak peduli. Ketenangan ibu dari keponakannya, itu yang terpenting.
"Oh Calvin, sorry...sorry. Aku menambah bebanmu. Harusnya aku yang menjadi penopangmu."
"No problem. Kamu..."
"Astaga, apa yang kalian lakukan?"