Mata Jose berkilat tajam. "Apa kamu tidak tahan lagi mengurusku?"
"Sama sekali bukan karena itu. Kamu akan menemukan kembali cahaya hidupmu kalau bisa berjalan lagi."
"Apa kaki palsu bisa membuatku menari bersamamu?"
Pertanyaan Jose sukses membungkam Alea. Tidak, Alea tidak butuh menari bersama Jose. Dia hanya ingin melihat Jose yang dulu. Jose yang optimis, punya semangat hidup yang tinggi, dan tak menyerah berteman dengan Hemofilia.
"Apakah menari denganku menjadi sebuah keharusan?" tanya Alea balik.
"Ehm...kalau meminjamiku gula sama kopi keharusan kali ya."
Jose dan Alea terperangah. Demi Tuhan, mereka lupa. Lupa kalau mereka beradu argumen di ruang depan. Lupa kalau pintu utama belum mereka tutup. Lihatlah, tetangga ajaib mereka muncul.
"Oh...hai Reinhard, hai Rinjani. Boleh aja. Ambil sendiri di dapur, ok?" kata Alea, tersenyum ramah.
"Yuhuuu...thanks Alea."
Jose melempar pandang marah ke punggung mereka. Pasangan super pelit itu mengganggu saja. Timing mereka untuk meminjam gula dan kopi tidak tepat. Sejauh ini, mereka belum pernah menggantinya.
Ketika Reinhard dan Rinjani sudah pergi, kebekuan kembali tercipta. Pintu telah ditutup.