Gadis cantik berpostur tinggi itu tersenyum. Tubuhnya bertumpu anggun pada sepasang sepatu model lama tapi masih bagus yang melekat di kedua kaki jenjangnya. Kalung besar bertatahkan giok melingkari leher putihnya.
"Kamu dibegitukan sama teman-temanmu karena terlalu baik, Revan."
Revan mendesah. Sulit kalau berurusan dengan teman-teman tipe begitu. Dunia mahasiswa, ego kelewat tinggi.
"Kamu hanya didekati saat dibutuhkan, Revan." lanjut Yorina.
Tangan berjari lentik itu terulur. Lembut menggamit tangan Revan. Keduanya berjalan bersisian meninggalkan gedung fakultas.
"Tidak apa-apa kan, kita jalan bersama di kampus?" Yorina berbisik.
"No problem. Jarang yang tahu kehidupan pribadiku. Mereka tahunya aku nggak laku."
Mereka terus berjalan. Kunci mobil melompat dari saku jas Revan. Rush miliknya terparkir di dekat gerbang. Mobil biru itu meluncur mulus.
"Yorina, terima kasih ya. Kamu mau temani aku ujian." Revan berterima kasih dengan tulus.
"Sama-sama. Well, mungkin ini jadi pertemuan kita yang terakhir."
"Maksudmu?"