"I see. Nanti aku bantu kamu."
Setelahnya, Revan menawari beberapa buku teori miliknya untuk dipinjamkan. Wajah si mahasiswa dihiasi senyum senang. Satu pintu kemudahan telah terbuka.
Di antara teman-temannya yang berwajah lokal dan berpenampilan biasa, Revan paling mencolok. Ia sangat tampan. Mata birunya menjadi ciri khas. Orang-orang yang lewat di koridor itu menoleh sekilas, menatap Revan dengan tertarik.
Revan menunggu semua temannya selesai ujian. Ia mendapat giliran terakhir. Tetiba, sesosok mahasiswa berkardigan berlari ke arah mereka. Ekspresi wajahnya bahagia luar biasa.
"Aku lulus!" Ia berseru pada mereka.
Berpasang-pasang mata menatapnya penuh tanya. Si mahasiswa melambaikan lembaran proposalnya.
"Aku lulus tanpa revisi!"
"Wow, selamat ya. Kado pernikahan tuh buatmu."
Refleks Revan melipat dahi. Kado pernikahan? Yakin itu bukan candaan, dia bertanya.
"Kado pernikahan? Memangnya siapa yang mau nikah?"
"Oh iya, Revan kan belum tahu. Lusa teman kita ini mau married."