Masih tersimpan di hati (Marcell-Semusim).
** Â Â
Koridor itu dipenuhi celotehan sejumlah mahasiswa. Ditingkahi bunyi kertas dibolak-balik, derap langkah sepatu, dan bunyi pintu dibuka-tutup. Kalau boleh sedikit mendramatisir, ada pula bunyi detak hati yang berdebar menunggu.
Siapa yang tak berdebar menunggu ujian proposal skripsi? Langkah menuju akhir jenjang studi. Ada gelora kecemasan tersendiri.
"Oh my God...I am nervous!" seru seorang mahasiswi cantik berbaju ketat.
Teman-temannya menyahuti. Menyuarakan hal yang sama. Hanya Revan yang tetap diam. Fokus memperbanyak doa. Tak begitu peduli pada kondisi sekitarnya.
Tiap kali ada mahasiswa yang keluar dari balik pintu coklat berplakat nama dosen penguji itu, ia langsung diserbu rentetan pertanyaan. Seakan tak ada jeda untuk mengambil nafas. Sekali lagi, Revan tak ikut terlarut dalam suasana ketegangan. Lebih baik ia menepi dan berdoa.
Menunggu itu berat. Tapi takkan terasa berat lagi bila dilalui dengan doa. Saat hatinya berangsur tenang, barulah pria blasteran itu bergabung dengan teman-temannya.
"Guys, aku disuruh ganti kajian." lapor seorang mahasiswa berambut gondrong dan berkulit coklat.
"Oh ya? Kenapa?" balas Revan penuh simpati.
"Katanya, kajian itu nggak cocok sama objek penelitianku. Hmmmm...harus belajar lagi. Kajiannya susah."