Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Langit Seputih Mutiara] Revan-Yorina

24 Januari 2019   06:00 Diperbarui: 24 Januari 2019   06:40 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demi langit di luar sana yang telah memutih, Revan ikut bahagia. Bukan pura-pura bahagia, tapi sungguh bahagia. Seorang teman akan menikah. Kabar baik, jodoh telah menantinya. Ia pun bisa menyempurnakan separuh agama.

Sejurus kemudian, Revan memeluk si calon mempelai. Pelukan khas Turrki yang hangat dan bersahabat. Tulus diberinya ucapan selamat dan doa. Revan mendoakan kebahagiaan pernikahan temannya, tanpa sedikit pun menyinggung soal keturunan. Bagi Revan, sebuah pernikahan tidak mutlak mendapatkan keturunan.

"Thanks ya, Revan." kata si calon mempelai seraya melepaskan pelukannya.

Tak lama, ia buru-buru pergi. Menyisakan atmosfer positif.

Giliran Revan tiba. Ujiannya cukup lancar. Sebuah privilese ketika dirinya disukai banyak dosen. Mahasiswa istimewa, mahasiswa luar biasa dengan penampilan tak biasa dan segepok prestasi mengagumkan.

Ketika ia keluar dari ruang ujian, koridor itu telah kosong. Tak satu pun teman-temannya duduk menempati barisan kursi. Revan sendirian, sempurna sendirian. Benar-benar kontras saat ia sering menunggui teman-temannya ujian.

Kesepian yang menyergap hatinya ia buang jauh-jauh. Untuk apa merasa sepi? Masih ada Allah di hati.

Perlahan Revan melangkah menyusuri koridor. Baru saja berbelok ke lobi, dua scoope es krim teracung di depan wajahnya.

"Makanya jangan terlalu baik."

Suara sopran seorang gadis. Familiar, batinnya. Sedetik kemudian...

"Yorina," kata Revan tak percaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun