Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Selingkuh Hati Malaikat Tampan] Cinta Dua Hati

13 September 2018   06:00 Diperbarui: 13 September 2018   07:51 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kamu masih punya harapan."

Serpihan kristal menjatuhi hati Calvin. Sejak kedua orang tuanya meninggal, Calvin tak punya lagi tempat bersandar. Hanya Dokter Tian tempatnya meminta saran.

"Lihat, ada pendamping untukmu pagi ini."

Silvikah? Mana mungkin? Calvin mengikuti arah pandang Dokter Tian. Sedetik kemudian, dia terpana.

Calisa berjalan memasuki unit hemodialisa. Paper bag berisi dua kotak bakery tergenggam di tangannya. Kegundahan merona wajah.

"Calvin..."

"Calisa..."

Mereka berucap nyaris bersamaan. Mata sipit bertemu mata bening. Ketampanan bertemu kecantikan. Kesakitan bertemu kekuatan. Ketulusan bertemu kelembutan. Kekhawatiran bertemu ketenangan. Model dan pengelola cake shop bertemu blogger dan pengusaha. Tionghoa bertemu Minang-Inggris. Calvin Wan bertemu Calisa Karima.

"Dari mana kamu tahu...?" tanya Calvin, menatap sendu wajah Calisa.

Sebagai jawaban, Calisa memperlihatkan iPhonenya. "Aplikasi find my friends. Aku tak menyangka kamu sakit seperti ini, Calvin."

Bola matanya berawan. Awan-awan itu pecah menjadi hujan. Calisa menangis. Kedua bahunya bergetar hebat. Sementara itu, Dokter Tian mengerling sedikit. Sangat terbiasa dengan kesakitan dan air mata di rumah sakit. Sama terbiasanya dengan seduhan Earl Grey di pagi hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun