Dari tempatnya berdiri, Calisa mengawasi dengan hati masygul. Seburuk itu hubungan Calvin dan Silvi. Beberapa bulan mengenal Calvin, Calisa sedikit-banyak tahu tentangnya. Ternyata wanita bisa menjadi begitu kejam hanya gegara suaminya mandul. Cinta, terkadang membiaskan luka.
** Â Â Â
"Revan...long time no see."
Dua pria tampan itu berpelukan. Pria dengan rambut pirang dan mata biru itu memberikan pelukan khas Turki pada Calvin. Siapa bilang sesama pria tak boleh berpelukan?
"Gimana tugas mengajar di Manado? Semuanya ok, kan?" Calvin menanyai Revan seraya merebut koper kecilnya. Memaksakan diri membawa koper itu walau dirinya masih sakit.
"Ok. Aku senang bisa mengajar di tempat kelahiranku." jawab Revan.
Mereka berjalan menuju mobil. Ketika membuka pintu BMW-nya, Revan menahan tangan Calvin.
"Yakin mau menyetir? Kamu pucat sekali, Calvin."
"No worries. I'm good."
Namun, Revan tak percaya. Pelan diambil alihnya mobil itu. Tak dibiarkannya adik iparnya menyetir dalam kondisi sakit.
Mau tak mau, Calvin harus puas duduk di bangku samping pengemudi. Dalam hati, ia mengakui Revan benar. Dirinya tak cukup fit untuk mengemudi. Punggung dan perut bagian bawahnya sakit lagi. Masih terasa pula efek samping pasca hemodialisa.