"Aku divonis infertilitas...aku tidak bisa menjadi Bunda."
Serasa ada tangan-tangan besi yang menyayat dada Calvin, merogoh hatinya, dan mengiris-irisnya. Sakit, sakit sekali. Ternyata wanita berwajah lembut ini merasakan hal yang sama. Ketakutan luar biasa menyergap jiwanya. Akankah Silvi melakukan hal yang sama seperti suami wanita ini? Tidak, ia belum siap kehilangan Silvi. Calvin tidak bisa menjadi ayah, wanita cantik ini tak bisa menjadi bunda. Gloomy.
Calvin tak kuat melihat kesedihan di depannya. Ingin ia curi air mata wanita itu. Jangankan mencurinya, mengenal namanya saja tidak.
"Siapa namamu?" tanya Calvin untuk ketiga kalinya.
"Dinda..."
"Dinda, bolehkah kucuri air matamu? Agar kamu tak perlu bersedih lagi? Biar aku saja yang menanggung kesedihan."
"Tapi..."
** Â Â Â
Cafe bernuansa vintage itu menjadi saksi bisu kedukaan mereka. Calvin mencuri air mata Dinda. Calvin dan Dinda, sepasang pria dan wanita yang merasakan duka yang sama.
"Besok sidang perdananya," ungkap Dinda. Menyesap pelan Earl Greynya.
"Hadapilah. Kamu sudah berusaha. Segala keputusan, serahkan pada sutradara terbaik di dunia ini." sahut Calvin menenangkan.