Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Spesial] Mata Pengganti, Pembuka Hati, Pria Pencuri Air Mata

1 Februari 2018   05:27 Diperbarui: 1 Februari 2018   06:07 828
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Orang-orang Yahudi beranggapan, bila terjadi gerhana bulan atau matahari akan ada manusia yang dikorbankan. Anggapan ini dibantah Rasulullah. Gerhana tidak ada kaitannya dengan kematian seseorang..."

Sesaat khutbahnya terhenti. Calvin menghela nafas berat, ginjalnya terasa sakit. Ia menguatkan diri dan terus melanjutkan.

"Gerhana matahari dan bulan adalah tanda kebesaran Allah. Matahari dan bulan pun bukan untuk disembah. Keduanya adalah ciptaan Allah."

Dalam keadaan sakit, ia mampu menyelesaikan khutbahnya. Lalu ditutup dengan doa. Entah mengapa, doa terakhir yang diucapkan Calvin begini:

"Ya Allah, akhirilah hidup kami dengan khusnul kotimah...akhirilah hidup kami dengan khusnul kotimah...akhirilah hidup kami dengan khusnul kotimah."

Doa itu diulangnya hingga tiga kali. Dari barisan jamaah, Nico menatap Calvin penuh arti. Ia sedih. Doa itu seperti penebar firasat. Calvin sakit parah. Mungkin ia merasa hidupnya tak lama lagi, hingga ia berharap bisa menemui akhir hidup yang baik.

Begitu doa selesai, Nico bangkit dan memeluk Calvin. Sebuah pelukan persahabatan.

"Terima kasih ya, kamu mau mengimami shalat gerhana di sini. Lihat para jamaah itu. Mereka terkesan dan terharu." ujar Nico bahagia.

Calvin sosok inspiratif. Di tengah keterbatasannya, ia mampu memotivasi orang lain dalam kebaikan. Dalam sakitnya, dia mampu menuntun banyak orang untuk lebih religius.

**      

Usai shalat, Calvin berjalan keluar dari masjid. Tiap langkahnya menampakkan beban kesedihan berat. Kian lama, langkahnya kian lambat. Ginjalnya terasa sakit. Namun pria berdarah keturunan itu memaksakan diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun