Yang ditakutkannya hanya satu: melihat Calvin kesakitan. Silvi paling tidak tega melihat suami super tampannya kesakitan.
Ketika Calvin menggenggam erat tangannya, itu menandakan sakit yang dirasakannya terlalu menyiksa. Kidney cancer yang harus dilawannya begitu kejam. Andai saja bisa, Silvi ingin memindahkan rasa sakit Calvin ke tubuhnya sendiri. Agar Calvin tak perlu lagi merasakan sakitnya.
Sementara itu, Calvin hanya memikirkan Silvi. Sakit parah saja ia masih memikirkan orang lain. Perlahan ia melepas masker oksigennya. Lirih ia berkata,
"Silvi, aku ingin kita bercerai."
"Tidak, Calvin. Aku tidak akan meninggalkanmu. Aku tetap akan di sini, bersamamu." tolak Silvi.
"Buat apa kita terus bersama bila kamu tak bahagia? Aku sakit, Silvi. Kamu takkan bahagia bersamaku."
Kesedihan terpancar jelas di mata Calvin. Kesedihan yang berpadu dengan ketidakrelaan.
Silvi membungkuk. Mengecup kening Calvin penuh kasih. Membelai rambutnya. Rambut yang menipis pasca serangkaian kemoterapi.
"Aku mencintaimu, Calvin. Aku bahagia bersamamu...dalam kondisi apa pun."
"Tidak. Kamu harus bercerai denganku dan menikah lagi. Sudah kupilihkan mata pengganti untukmu."
Apa maksud Calvin melakukan ini semua? Silvi tak terima. Di saat dirinya ingin selalu ada di sisi Calvin, pria tampan itu justru memisahkan dirinya dari hidup Silvi.