** Â Â Â
Masih terlalu pagi untuk memulai aktivitas. Tepat pukul dua, namun Calvin sudah terbangun dari tidurnya. Bukan hanya karena kesengajaan, melainkan pula karena kesakitan.
Air mengalir di wastafel. Calvin muntah darah. Ini menakutkan, sungguh menakutkan. Ia menatap nanar darahnya sendiri.
Bukannya ia takut. Yang ditakutkannya adalah kemungkinan terburuk jika dirinya tak bisa menemani seorang wanita melewati hari spesialnya. Hanya itu yang dikhawatirkannya.
Hari spesial? Ya, hari ini tanggal 9 September. Tanggal cantik sekaligus tanggal kelahiran wanita yang ada di hatinya. Buru-buru Calvin kembali ke tempat tidur. Mengambil tab, lalu mengirimkan e-mail ke calisakarima99@gmail.com.
Happy birthday, my lovely sister.
May all your wish coming through.
All the best for you.
Sesaat ia menunggu. Yakin sekali, Calisa pasti belum tidur. Bukankah Calisa biasanya menunggu detik-detik pergantian usianya?
Dugaan Calvin benar. Calisa membalas e-mailnya. Menyatakan terima kasih dan ungkapan cinta yang tulus. Mengakui kesepian yang menggerogoti jiwanya. Dengan sabar, Calvin mengajari Calisa menikmati kesepiannya. Ia mengajak Calisa melihat kesepian dari sudut pandang berbeda. Ternyata kesepian dapat dinikmati.
Calisa minta ditemani. Itu sudah dikiranya. Hari ini, Calvin memberikan waktunya hanya untuk Calisa. Ia paksakan tubuhnya tetap terjaga. Meski ia rasa waktu tidurnya belum cukup, namun ia tetap menemani Calisa.