Sampai akhirnya, Nyonya Lola menyadari sesuatu. Calvin datang untuknya. Putra kesayangannya, buah hatinya, satu-satunya harta yang paling berharga untuknya, datang di momen bahagia. Meski kebahagiaan di satu pihak. Sebab Calvin sama sekali tak berbahagia dengan pernikahan Mamanya.
Mata Nyonya Lola berkaca-kaca. Senang dan terharu mendapati kehadiran Calvin. Bahkan mendengarkan suara bassnya yang bagus itu menyanyikan lagu-lagu indah nan romantis.
Sungguh, Nyonya Lola terharu. Embun bening yang menepi di mata sipitnya dan ekspresi haru yang terlukis di wajah teduhnya mengguncangkan hati Calvin. Perasaannya tak menentu. Mungkin ia harus merelakan Mamanya dimiliki orang lain. Berdamai dan menerima, itulah yang akan dilakukan Calvin.
Ikhlas, ikhlas, dan ikhlas. Cinta itu memang telah retak. Cinta yang sejati akan membiarkan orang yang dicintai bahagia walau bukan dengan kita.
Sedih jauh lebih dominan. Di tengah-tengah pesta, tetiba saja Calvin membawakan lagu favoritnya. Lagu yang mengantarkan pada perpisahan dan kehilangan mendalam.
Ingatkah dulu semua kenangan kitaÂ
Waktu kita bersama, waktu kau cemburuÂ
Kini kau menghilangÂ
Seakan semua tak pernah ada
Sesaat saja tak kauizinkan tuk buktikanÂ
Semua pasti berubahÂ
Andai saja ada kesempatan kau berikanÂ
Kita masih bersama
Bagaimana harus kulupakan semuaÂ
Saat hati memanggil namamuÂ
Atau harus kurelakan kenyataan
Kita memang tak sejalanÂ
Namun kau adalah pemilik hatikuÂ
Sesaat saja tak kauizinkan tuk buktikan
Semua pasti berubahÂ
Andai saja ada kesempatan kau berikanÂ
Kita masih bersamaÂ
Bagaimana harus kulupakan semua
Saat hati memanggil namamuÂ
Atau harus kurelakan kenyataanÂ
Kita memang tak sejalan