Sejak saat itu, sikap Calvin berubah drastis. Ia sangat jarang di rumah. Sebagian besar waktunya ia habiskan untuk bekerja. Bahkan di akhir pekan sekalipun. Rumah hanya dianggapnya sebagai tempat beristirahat untuk sesaat. Pagi-pagi sekali ia berangkat ke kantor. Lewat tengah malam baru kembali ke rumah.
Sekejap saja Calvin berubah menjadi workaholic. Jadwal kemoterapi terlewatkan demi urusan pekerjaan. Obat-obatan dari dokter tak pernah disentuh.
Pelampiasan, itulah tujuan Calvin yang sebenarnya. Hatinya hancur dengan rencana pernikahan Nyonya Lola. Calvin tak bisa terima hadirnya orang baru dalam keluarga. Orang ketiga yang tak dikenal baik.
Jangan kira Nyonya Lola menutup mata. Ia melihat perubahan sikap anaknya. Wanita anggun dan cantik itu mencoba mencari cara untuk mengetahui alasannya. Ia paham betul sifat Calvin. Tanpa alasan kuat, riskan Calvin berubah seperti itu.
Sulit bagi Nyonya Lola untuk berkomunikasi dengan Calvin. Ponselnya tak pernah aktif. Chat via Whatsapp tak pernah dibuka. E-mail dibiarkan begitu saja tanpa dibalas. Sering kali Nyonya Lola menunggu Calvin pulang dari kantor hingga larut malam. Namun Calvin selalu saja menghindari Mamanya. Enggan berbicara dari hati ke hati. Benar-benar berbeda dari figur Calvin Wan yang dikenalnya.
Makin dekat hari pernikahan, makin ganjil sikap Calvin. Ia membatasi dirinya untuk berbicara dengan Nyonya Lola. Ia pun menutup diri dari teman-temannya. Misterius, apa yang sebenarnya terjadi?
Akhir pekan berikutnya, Nyonya Lola nekat datang ke kantor. Kali ini Calvin tak bisa menghindar lagi. Satu-satunya penyelesaian hanyalah bicara dari hati ke hati.
"Kenapa kamu berubah, Sayang? Apa yang terjadi?" tanya Nyonya Lola cemas.
"Menurut Mama begitu?" Calvin balik bertanya.
Lobi kantor itu sunyi. Memudahkan privasi mereka.
"Iya. Mama sadar kalau kamu berubah. Teman-temanmu pun tahu itu. Ada apa, Calvin?"