** Â Â Â
Bagi mereka yang terbiasa dekat dengan ayah kandungnya, tentu tak mudah saat sang ayah pergi untuk selamanya. Makin tak mudah lagi saat melihat ibu mereka akan menikah lagi dengan pria lain. Pria tak dikenal yang mesti dipanggil dengan sebutan "Ayah".
Hati Calvin menolak. Tak terima dengan keputusan Nyonya Lola. Selama makan malam itu, Calvin bersusah payah menahan diri. Mengesampingkan perasaannya sejenak. Ia tak ingin merusak kehangatan dan kebersamaan dengan Nyonya Lola.
"Gimana kerjaan kamu, Sayang?" tanya Nyonya Lola penuh perhatian. Menuangkan sup ke dalam mangkuk.
"Lancar, Ma."
"Bagus. Lalu...kekasihmu? Siapa itu namanya? Aurelie? Kalian masih berhubungan?"
"Tidak lagi, Ma. Keluarganya tidak mau anak satu-satunya bersama pria infertil. Begitu kata mereka."
Mendengar itu, Nyonya Lola refleks meletakkan sendoknya. Selera makannya hilang tertelan kesedihan dan empati.
"Oh...I'm sorry to hear that. Maafkan Mama, Sayang. Mama tidak bermaksud membuatmu sedih."
Calvin tersenyum penuh pengertian. "Tidak ada yang perlu dimaafkan, Ma. Sejak awal, aku sudah tahu konsekuensinya."
"Seharusnya mereka tidak perlu sekasar itu!" Nyonya Lola setengah memprotes, mengambil gelas berisi air putih.