Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Masa Lalu Takkan Membunuh Masa Depan

4 Agustus 2017   06:34 Diperbarui: 4 Agustus 2017   14:30 1715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

**     

Menjelang pagi, segalanya mulai membaik. Bermula saat tiba waktu Subuh. Tuan Calvin berkeras shalat dengan berdiri seperti biasa. Sekeras apa pun Nyonya Calisa melarang, ia tetap teguh pada keinginannya. Ibadah nomor satu. Tak boleh ada kompromi. Begitulah prinsipnya.

Allah tak pernah tidur. Kesungguhan berbalas kekuatan. Tuan Calvin menemukan kekuatan baru selesai menunaikan shalat Subuh. Nyonya Calisa senang dan bersyukur karenanya.

"Calvin, hari ini Mama mengundang kita datang ke pertemuan keluarga." kata Nyonya Calisa.

"Iya, Calisa. Kita akan datang. Tapi setelah ke panti asuhan ya?" sahut Tuan Calvin.

Satu kebiasaan baik Tuan Calvin: beramal dan berbagi tiap Hari Jumat. Ia selalu menyempatkan waktu di hari baik itu untuk berbagi. Entah itu berbagi makanan gratis pada orang-orang tidak mampu, mengundang beberapa anak yatim untuk makan siang, memberikan bantuan ke rumah singgah khusus anak pengidap kanker, dan menyantuni panti asuhan. Kebiasaan yang diwariskan dari Nyonya Lola. Calvin terinspirasi oleh kebaikan hati Nyonya Lola.

"Betul...ini Hari Jumat. Apa yang perlu kusiapkan, Calvin? Memasak atau membeli makanan? Membelikan pakaian?" Nyonya Calisa bertanya sigap.

"Tidak usah, Calisa. Aku sudah menyiapkannya. Hari ini aku mau ke panti asuhan. Memberikan uang untuk mereka. Kamu ikut saja." Tuan Calvin tersenyum kecil melihat semangat istri cantiknya.

Sesaat Nyonya Calisa melirik suaminya. Mata Tuan Calvin terlihat merah. Masih membekas gurat keletihan di wajah tampannya. Jelas saja, efek tak tidur semalam. Akan tetapi pancaran antusias tak pernah pudar dari wajah Tuan Calvin.

**     

Calvin Wan dan Dinda Calisa. Pria oriental yang tampan dan wanita blasteran Sunda-Belanda yang cantik. Pasangan serasi. Para pengurus panti dan anak-anak yang tinggal di sana sepakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun