Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Masa Lalu Takkan Membunuh Masa Depan

4 Agustus 2017   06:34 Diperbarui: 4 Agustus 2017   14:30 1715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kata-kata itu terucap sempurna dari bibir Nyonya Calisa. Tulus tanpa tendensi. Anak kecil pun tahu kalau Nyonya Calisa sungguh-sungguh mencintai Tuan Calvin dan menyayangi Clara.

"Terserah apa kata kamu. Pokoknya, besok kamu harus datang ke pertemuan keluarga. Ajak Calvin juga. Tapi jangan bawa Clara." perintah Nyonya Lidya.

"Iya, Mama. Toh Clara tidak bisa ikut. Dia menginap beberapa hari di villa dengan Mama Lola. Bicara tentang Mama Lola, kuharap Mama bisa seperti beliau. Lembut, sabar, dan mau menerima apa adanya."

"Jangan harap. Mamamu ini bukan Lola Purnama yang sok sempurna dan sok suci itu." Nyonya Lidya menjawab ketus. Kesal karena dibanding-bandingkan dengan wanita cantik berdarah Tionghoa yang dianggapnya sebagai rival itu.

"Hmm...semoga Allah membuka mata hati Mama. Aku harus merawat Calvin. Dia sakit lagi. Selamat malam, Ma."

Nyonya Calisa menutup telepon. Beranjak kembali ke lantai atas.

**    

Kamar tidur dengan dominasi warna putih itu sudah menyerupai ruang rawat VIP di rumah sakit. Lengkap dengan peralatan medis. Hanya ranjangnya saja yang tak berubah.

Di sanalah Tuan Calvin terbaring lemah tak berdaya. Sel-sel kanker kembali berulah. Muak dengan rumah sakit, ia menolak menjalani perawatan di sana. Tim dokter dipanggil, lalu memeriksa pasien istimewa mereka.

Tuan Calvin belajar menyimpan rasa sakit. Ia tak ingin menampakkan kesakitannya di depan siapa pun. Ia tak ingin membuat orang-orang yang menyayanginya bersedih.

Sakit luar biasa di perutnya menghisap habis kekuatannya. Tuan Calvin menggigit bantal, menahan rasa sakit. Helaan nafasnya begitu lemah. Elektrokardiograf berpacu pelan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun