Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kuatkan Hatimu

7 Juni 2017   06:07 Diperbarui: 7 Juni 2017   06:50 1078
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Sejak Fikri meninggal, Hassan tak mau shalat dan membaca Al-qur’an. Dia selalu merasa sedih dan kesepian. Dia tak rela Fikri meninggal dengan cara yang sadis. Dia selalu menangis tiap kali melihat teman-temannya diantar ayah mereka ke sekolah.”

“Coba kamu ingatkan dia, Akila. Ingatkan Hassan kalau dia masih punya Allah. Allah yang selalu mengasihinya, menemaninya saat dia sedih, mendengarkan keluh kesahnya...”

Hening. Akila menyeka matanya. Mencermati kata-kata Renna membuatnya tersadar.

“Mungkin ini salahku, Renna.” bisiknya.

“Ini bukan salahmu, Akila.” Renna mengulurkan tangan, membelai lengan kawan lamanya penuh simpati.

“Aku terlalu sibuk mengurus bisnis, sampai-sampai aku melupakan kewajibanku sebagai seorang ibu. Secara materi, aku dan Hassan lebih dari cukup. Tapi ia kekurangan asupan rohani dan makanan jiwa. Aku belum mengingatkannya, aku belum menyentuh hatinya. Seharusnya kulakukan itu sejak awal.” sesal Akila.

“Tidak ada kata terlambat. Cobalah mengingatkan Hassan. Pelan-pelan saja, biarkan kesadaran itu berproses. Segala sesuatu harus berproses, Akila.”

Akila mengangguk. Memantapkan hati untuk menyadarkan buah hatinya. Renna menepuk lembut bahu wanita tegar itu. Ia akui, Akila sangat tegar. Berhasil lepas dari kepedihan pasca kematian Fikri. Lalu ia menata hidupnya. Memperbaiki kehancurannya. Mengikhlaskan masa lalu yang telah lewat.

“Terima kasih pencerahannya, Renna.” gumam Akila.

“Sama-sama. Kamu pasti bisa.”

“Oh, entahlah. Aku bukan ibu yang baik. Kamu sendiri bagaimana?” Kini Akila balik bertanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun