Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kuatkan Hatimu

7 Juni 2017   06:07 Diperbarui: 7 Juni 2017   06:50 1078
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Proses massage selesai. Akila meracik lulur yang digunakan dalam service spa itu, lalu mengoleskannya ke tubuh Renna. Lulur dibiarkan mengering selama tiga puluh menit, sementara tubuh Renna diselimuti handuk. Tiga puluh menit yang menyenangkan. Khasiat lulur mulai terasa.

“Apa yang bisa kubantu, Akila?” tanya Renna lembut.

“Tidak usah, Renna. Insya Allah aku bisa mengatasinya sendiri. Hassan adalah putraku, satu-satunya putraku. Aku ingin Hassan tumbuh normal.” sahut Akila penuh harap.

“Dia akan tumbuh normal. Kematian Fikri pasti meninggalkan jejak trauma yang dalam. Seiring berjalannya waktu, dia akan bangkit dari kesedihan. Bantu dia berdamai dengan masa lalu.” Renna berkata membesarkan hati. Disambuti anggukan Akila.

“Sekarang Fikri sudah meninggal. Aku harus merawat Hassan. Mendampinginya sampai ia mandiri dan dewasa.”

Mendengar nama Fikri, hati Renna dibayangi kengerian. Fikri Tsaqif, suami Akila, seorang pengusaha sukses. Kejamnya dunia bisnis membuat Fikri punya banyak musuh. Pesaing bisnisnya iri pada kesuksesannya. Alhasil, mereka melakukan perampokan dan pembunuhan berencana. Fikri meninggal secara tragis dalam peristiwa itu. Nyawanya melayang di tangan seorang perampok ulung. Seluruh harta kekayaannya habis.

Setahun berlalu sejak tragedi itu. Perlahan Akila dapat bangkit dari keterpurukannya. Ia dapat bertahan hidup dengan bisnis yang dijalankannya sendiri. Ironis, Hassan belum bisa berdamai dengan masa lalu.

“Kamu sudah bawa Hassan ke psikolog?” Renna menanyai Akila.

“Sudah. Dia sedang melewati proses terapi untuk menyembuhkan traumanya. Tapi sampai saat ini belum ada progres.” Akila menjawab letih.

Sejenak Renna berpikir. Mencoba memberikan saran yang tepat.

“Akila, apa Hassan masih melakukan shalat dan membaca Al-qur’an?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun