Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kuatkan Hatimu

7 Juni 2017   06:07 Diperbarui: 7 Juni 2017   06:50 1078
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Tidak, itu memang untukmu. Akila baru pulang Umrah. Dia ingin kamu memakannya, karena...”

Kalimatnya menggantung di udara. Masalah infertilitas sensitif sekali bagi Albert. Tak mudah menanggung vonis mandul itu. Terpaksa Renna mengungkapkannya.

“Ruhtob berkhasiat mengobati kemandulan.”

“Iya, aku paham. Sampaikan terima kasihku pada Akila.”

Di luar dugaan, Albert tetap tenang. Tidak menampakkan emosi sedikit pun.

“Nanti kusampaikan. Cobalah Ruhtobnya,” pinta Renna.

Albert mengambil satu, lalu memakannya. Renna mengamati ekspresi wajahnya, waswas menanti reaksi pertama. Ekspresi wajah Albert sama tenang dan kalemnya seperti tadi. Entah karena Albert terlalu pandai jaga image hingga raut wajah dan sikapnya tetap sempurna. Atau karena tak ada yang perlu ditakutkan dari mengkonsumsi Ruhtob. Andai saja Renna tahu, Albert susah payah menelan buah kurma muda itu. Rasanya tak semanis kurma yang biasa ia makan, bahkan terkesan agak pahit. Pastilah Albert belum terbiasa.

“Bagaimana rasanya?” kejar Renna, tergugah rasa ingin tahu.

“Enak,” jawab Albert.

“Setidaknya jauh lebih enak dari obat kanker, obat penyakit Celiac, atau antibiotik dari dokter Urologi yang pernah kuminum. Ruhtob ini sehat dan berkhasiat, Renna.”

Meski tak begitu menyukai rasanya, tetap saja Albert menghabiskan kurma muda itu. Ia menghargai Akila. Lebih dari itu, Albert ingin menyenangkan hati Renna. Soal berhasil-tidaknya khasiat itu mematahkan vonis mandul yang menimpanya, itu bukan prioritas. Bukankah Albert sudah merasa cukup dengan kehadiran Chelsea tanpa perlu lagi mengharap kelahiran anak biologis? Bukankah anak angkat dan anak biologis punya rasa kasih sayang yang sama?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun