Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kamu Buka Mata Hatiku, Chika

5 Maret 2017   07:36 Diperbarui: 5 Maret 2017   08:15 677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pukul sembilan lewat empat puluh. Sembilan lima puluh. Sembilan lewat lima puluh sembilan. Pukul sepuluh tepat. Baiklah, ia harus mencari Chika.

Setengah bangkit dari sofa dengan kunci mobil di tangan, terdengar derit pintu pagar. Chika tiba di rumah. Seluruh pakaiannya basah. Begitu juga rambutnya. Wajahnya pucat pasi. Tubuhnya gemetar kedinginan, bibirnya membiru.

“Chika!” seru Albert lega. Berlari menghampiri gadis itu. Bersiap memeluknya.

Akan tetapi, Chika mundur jauh-jauh. Menatap Albert tanpa kedip. Albert terpana, belum pernah Chika menatapnya seperti itu.

“Ada apa, Chika?” tanyanya.

Suara barithon itu, sepasang mata teduh itu, Chika tak tahan. Ia tak bisa menyakiti Albert. Apa lagi membencinya. Namun ia harus melakukannya.

“Albert, mulai sekarang jauhi aku. Jangan ganggu aku lagi.” Desisnya, suaranya bergetar hebat.

Sedetik. Tiga detik. Lima detik. Albert tahu, ada sesuatu yang tidak beres. Ini bukan Chika. Chika yang cantik dan berhati lembut tidak akan berkata sekeras ini.

“Chika, kamu kenapa? Cerita sama aku...” bujuk Albert.

Mengusap matanya, Chika berkata. “Semoga kamu bahagia dengan orang lain. Kamu pasti menemukan penggantiku. Kamu akan baik-baik saja tanpaku.”

Sungguh, Albert teramat sedih dan bingung. Mengapa Chika bersikap seperti ini? Tidak, ia tak mungkin mencari pengganti Chika. Chika, dengan segala ketulusannya, memberi warna baru dalam hidupnya. Mengisi kehampaan jiwanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun