Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kamu Buka Mata Hatiku, Chika

5 Maret 2017   07:36 Diperbarui: 5 Maret 2017   08:15 677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(Aku sangat takut, aku sangat takut)

Jika aku tahu kau semakin menjauh, sudah jelas hatiku akan mengikutimu

Jangan lakukan itu

**   

Sepulang kantor, Albert merealisasikan niatnya. Sepasang cincin emas bertatahkan berlian dibelinya. Di dalam Mercy-nya, ia terus berdoa. Memohon ridha Allah atas rencananya melamar Chika.

Betapa herannya Albert mendapati rumah Chika kosong. Pintu tak terkunci. Bukankah hari ini Chika libur? Dicobanya berpikir positif. Mungkin Chika pergi sebentar untuk suatu keperluan. Dihempaskannya tubuh di sofa ruang tamu, menunggu.

Satu jam. Dua jam. Tiga jam. Empat jam. Lima jam. Belum nampak tanda-tanda kepulangan Chika. Albert terus menunggu dengan sabar. Tak pernah jemu atau marah. Ia yakin Chika akan pulang.

Desis hujan dan gelegar petir membuatnya cemas. Albert takut Chika kenapa-napa. Tak hentinya ia berdoa. Berharap Allah selalu melindungi gadis yang dicintainya, permata hatinya, dimana pun ia berada.

Hujan semakin deras. Waktu menunjukkan tepat pukul sembilan malam. Albert tetap di tempatnya. Menghubungi ponsel Chika sia-sia saja. Hanya jawaban operator yang didengarnya.

Tekad mulai terbentuk. Jika sampai pukul sepuluh Chika tak muncul, ia akan mencarinya. Benaknya lagi-lagi dirasuki kekhawatiran. Apa telah terjadi sesuatu yang buruk?

“Ya Allah...lindungilah Chika. Jauhkan dia dari segala bahaya. Jagalah dia dari semua yang ingin berbuat jahat padanya.” Albert terus berdoa. Menetralisir kecemasannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun