(Aku sangat takut, aku sangat takut)
Jika aku tahu kau semakin menjauh, sudah jelas hatiku akan mengikutimu
Jangan lakukan itu
**
Sepulang kantor, Albert merealisasikan niatnya. Sepasang cincin emas bertatahkan berlian dibelinya. Di dalam Mercy-nya, ia terus berdoa. Memohon ridha Allah atas rencananya melamar Chika.
Betapa herannya Albert mendapati rumah Chika kosong. Pintu tak terkunci. Bukankah hari ini Chika libur? Dicobanya berpikir positif. Mungkin Chika pergi sebentar untuk suatu keperluan. Dihempaskannya tubuh di sofa ruang tamu, menunggu.
Satu jam. Dua jam. Tiga jam. Empat jam. Lima jam. Belum nampak tanda-tanda kepulangan Chika. Albert terus menunggu dengan sabar. Tak pernah jemu atau marah. Ia yakin Chika akan pulang.
Desis hujan dan gelegar petir membuatnya cemas. Albert takut Chika kenapa-napa. Tak hentinya ia berdoa. Berharap Allah selalu melindungi gadis yang dicintainya, permata hatinya, dimana pun ia berada.
Hujan semakin deras. Waktu menunjukkan tepat pukul sembilan malam. Albert tetap di tempatnya. Menghubungi ponsel Chika sia-sia saja. Hanya jawaban operator yang didengarnya.
Tekad mulai terbentuk. Jika sampai pukul sepuluh Chika tak muncul, ia akan mencarinya. Benaknya lagi-lagi dirasuki kekhawatiran. Apa telah terjadi sesuatu yang buruk?
“Ya Allah...lindungilah Chika. Jauhkan dia dari segala bahaya. Jagalah dia dari semua yang ingin berbuat jahat padanya.” Albert terus berdoa. Menetralisir kecemasannya.