Mohon tunggu...
Laily Khofifah Rohmawati
Laily Khofifah Rohmawati Mohon Tunggu... Seniman - Wadahku Berekspresi adalah Art

Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Jember Pesanggaran - Banyuwangi Semboro - Jember

Selanjutnya

Tutup

Money

Menganalisis Distribusi Pendapatan dan Kekayaan dalam Islam

24 Mei 2019   08:07 Diperbarui: 24 Mei 2019   09:35 1739
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 (QS. Asy-Syr: 15)

Karena itu, serulah (mereka beriman) dan tetaplah (beriman dan berdakwah) sebagaimana diperintahkan kepadamu (Muhammad) dan janganlah mengikuti keinginan mereka dan katakanlah, "Aku beriman kepada Kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan agar berlaku adil di antara kamu. Allah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami perbuatan kami dan bagi kamu perbuatan kamu. Tidak (perlu) ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah (kita) kembali."

Contoh Keadilan

- Pertama yang bisa dirasakan dari sikap adil berasal dari dalam keluarga. Hal yang paling menonjol didalam lingkungan tersebut adalah merupakan tolak ukur yang berasal dari orang tua. Bagaimana tidak, sikap adil yang dimiliki oleh ayah maupun ibu yang bertindak sebagai subjek utama didalam keluarga inti harus memberikan contoh bagi anak-anaknya, salah satunya adalah dengan tidak membedakan setiap buah hatinya.

- Lalu, contoh kedua lainnya dan bisa diimplementasikan didalam lingkungan masyarakat adalah dengan berasal dari lingkungan sekolah. Ilustrasi sederhana yang sangat mudah untuk dirasakan dan dijadikan sebagai contoh bagi masyarakat sekolah berasal dari karakteristik seorang guru, dengan cara tidak membedakan setiap siswa antara satu dengan lainnya. Karena, mereka berhak mendapatkan pelayanan dan pendidikan yang  bisa dirasakan dari sikap adil berasal dari dalam keluarga. Hal yang paling menonjol didalam lingkungan tersebut adalah merupakan tolak ukur yang berasal dari orang tua. Bagaimana tidak, sikap adil yang dimiliki oleh ayah maupun ibu yang bertindak sebagai subjek utama didalam keluarga inti harus memberikan contoh bagi anak-anaknya, salah satunya adalah dengan tidak membedakan setiap buah hatinya.

- Setara sebagai murid yang sedang meuntut ilmu.Berikutnya, contoh ketiga yang paling sering terjadi didalam kehidupan sosial dan bermasyarakat adalah dengan tidak menimbulkan sikap perseteruan antar sesama teman, dalam kata lain tidak meng-'kambing hitam' kan setiap teman yang tengah mengalami pertikaian. Anda yang menjadi rekan yang berada dalam satu lingkungan yang sama, tentunya dituntut untuk memberikan ketenangan dan tidak pernah membedakan teman, antara yang miskin dan kaya.

3. Kejujuran dalam bertransaksi[2].

Syariat islam sangat konsen terhadap anjuran dalam berpegang teguh terhadap nilai-nilai kejujuran dalam bertransaksi. Firman Allah dalam surah al-Ahzab ayat 70 dan 71: Maksudnya: "Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan katakanlah perkataan yang tepat -- benar (dalam segala perkara). Supaya Ia memberi taufik dengan menjayakan amal-amal kamu, dan mengampunkan dosa-dosa kamu".

Dr. Dalton yang menyatakan yang menyatakan bahwa terdapat dua syarat pokok untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Pertama, melalui perbaikan dalam sarana produksi, dan kedua, melalui mekanisme perbaikan dalam system distribusi. Perbaikan dalam sistem distribusi diwujudkan melalui upaya pengurangan perbedaan dalam pendapatan individu dan keluarga yang berlainan yang biasa tampak pada komunitas yang beradab dan pengurangan fluktuasi antara periode waktu yang berbeda-beda dalam pendapatan individu dan keluarga, terutama masyarakat yang lebih miskin.[3]

Ekonomi Islam sangat berbeda dengan ekonomi konvensinal. Di antara perbedaan yang mendasar adalah:

a. Rasionaliti dalam ekonomi konvensional adalah rational economics man yaitu tindakan individu dianggap rasional jika tertumpu kepada kepentingan diri sendiri (self interest) yang menjadi satu-satunya tujuan bagi seluruh aktivitas. Ekonomi konvensional mengabaikan moral dan etika dalam pembelanjaan dan unsur waktu adalah terbatas hanya di dunia saja tanpa mengambilkira hari akhirat. Sedangkan dalam ekonomi Islam jenis manusia yang hendak dibentuk adalah Islamic man ('Ibadurrahman), (QS 25:63). Islamic man dianggapperilakunya rasional jika konsisten dengan prinsip-prinsip Islam yang bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang seimbang. Tauhidnya mendorong untuk yakin, Allah-lah yang berhak membuat rules untuk mengantarkan kesuksesan hidup. Ekonomi Islam menawarkan konsep rasionaliti secara lebih menyeluruh tentang tingkah laku agen-agen ekonomi yang berlandaskan etika ke arah mencapai al-falah, bukan kesuksesan di dunia malah yang lebih penting lagi ialah kesuksesan di akhirat.[4] 

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun