"Sekarang, kau siapkanlah beberapa perlengkapan untuk acara beso. Kau harus menyeting beberapa suara yang akan digunakan dipanggung. Kemudian siapkanbeberapa perlengkapan untuk anak klub drum band di aula utama. Sekarang kerjakan! Seharusnya kau membaca pesan di Line!" Seru Haru sambil pergi meninggalkan Asra di depan rak sepatu.
Mendengar kata Line, aku baru ingat hanya Asra yang belum masuk ke grup itu. Hingga aku terkejut dan berkata, "Ahh, Line!"
Asra yang mendengarkan perintah dari Haru, dia langsung pergi ke ruang penyimpanandan menyiapkan peralatan yang digunakan. Aku yang tadi menguping di dekat tangga berlari kcil mengikuti Asra. Aku merasa bersalah dengan semua kejadian ini. Aku harus bertanggung jawab dengan membantunya.
Aku ragu untuk masuk ke ruang penyimpanan yang terbuka lebar. Aku ragu karena aku malu sekali atas kejadian kemarin lusa dan kejadian kemarin karena aku lupa menghubunginya. Akhirnya, aku melupakan itu semua dan memberanikan diri untuk mengintip Asra dari luar ruangan. Dia sedang menyiapkan beberapa alat yang belum disiapkan kemarin.
Dia memasukkan alat-alat drum band ke dalam troli besar yang dia bawa. Tidak luput dia mengangkat sound system khusus untuk acara besok di aula utama.
Aku sungguh takjub dengan Asra, dia mampu bekerja sendirian meskipun itu adalah kesalahanku. Sambil meremas-remas squishy favoritku, aku memberanikan diri untuk mendekati dirinya. Kemudian, aku pun berjalan mengendap-endap dibelakangnya. Dia tak sadar akan kehadiranku. Kemudian aku berkata, "Anu."
"Hah, bikin kaget saja ku kira siapa," ucapnya dengan wajah ketakutan. Namun setelah melihat wajahku, tiba-tiba wajah ketakutannya berubah menjadi waja memerah muda.
Aku pun kembali mmberanikan diri untuk berkata kepadanya, "Maafkan aku, aku lupa untuk menghubungimu."
"Hah?" ucapnya dengan nada bertanya-tanya.
"Ada daftar kontak Line untuk tim perlengkapan," terusku dengan nada penyesalan teramat pedih.
"Oh," ucapnya.