"Maafkan saya,Yang Mulia Pangeran. Saya hanya menyampaikan pandangan saya. Jika Yang Mulia merasa saya terlalu lancang, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya" kata Pak Harun penuh hormat.
      Ivan tersenyum santai menatap Harun dan menyandarkan punggungnya di kursi,
      "Aku tidak menganggap Pak Harun lancang. Aku hanya merasa ada maksud tersembunyi di balik ucapan tadi. Ada udang di balik batu. Jadi coba katakan padaku, Pak Harun... apa udangnya?"
      Harun tersenyum kecil,
      "Yang Mulia Pangeran sungguh cermat. Sebenarnya,  saya tadi hanya berfikir kalau mungkin lebih baik, jika Yang Mulia Pangeran ditemani 'nona yang meninggalkan sepatunya di lobby' waktu itu. Gadis secantik nona tersebut, akan menjadi pasangan sempurna bagi Yang Mulia Pangeran di acara nanti malam" terang Pak Harun.
      Ivan tertawa kecil,
      "Pak Harun... Pak Harun! Bapak memang banyak akal. Seharusnya Bapak lansung saja menanyakan, apakah aku sudah menemukan gadis itu atau belum"
      Harun tersenyum kecil,
      "Saya tidak berani, Yang Mulia"
      Ivan tersenyum kecil. Ia kembali mengetik di laptopnya,
      "Jika Pak Harun benar-benar penasaran, maka jawabannya adalah... belum. Aku belum menemukan gadis itu" Ivan menatap Harun, "Jika aku berhasil menemukannya, Pak Harun pasti akan ku beri tahu" katanya mengedip jenaka.