Mohon tunggu...
Murni KemalaDewi
Murni KemalaDewi Mohon Tunggu... Novelis - Lazy Writer

Looking for place to write

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Pemberontakan Cinderela (Bab 3)

28 Mei 2019   09:34 Diperbarui: 28 Mei 2019   09:34 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

            Erick menatap Ivan tajam,

            "Apa begini ucapan seorang anak ketika ayahnya sedang sakit?! Beliau ayahmu, Van! Ayah kandungmu! Singkirkan dulu pikiranmu tentang kedudukannya. Selain seorang Raja, beliau adalah ayahmu. Anak macam apa yang membiarkan ayahnya terbaring sakit dalam keadaan tidak stabil, tanpa menemaninya?! Apa kau tidak bisa merawat beliau sendiri daripada sekedar menyerahkan perawatannya pada orang lain?! Aku tidak menyangka kalau kau bisa sedingin ini" Erick tersenyum sinis, "Atau apa perlu kau menunggu beliau wafat terlebih dahulu, baru menunjukan baktimu sebagai seorang anak?!"

            Ivan mengangkat wajahnya dari map yang sedang diamatinya dan menatap Erick kaku,

            "Hati-hati dengan ucapanmu, Rick. Jangan bicara sembarangan. Walaupun aku sepupumu, tapi aku juga seorang Putra Mahkota. Aku tidak terima jika kau sampai bicara sembarangan tentang keadaan Tuanku Yang Mulia" tegur Ivan dingin.

            Erick balas menatapnya dengan ekspresi yang sama,

            "Lalu kenapa?! Apa anda akan menghukum saya karena hal ini, Yang Mulia Pangeran" Erick tersenyum sinis, "Apa yang saya ucapkan adalah fakta. Mana ada anak yang pergi 'bersenang-senang' sementara ayahnya terbaring tak berdaya di atas tempat tidur dan..."

            Belum selesai Erick menumpahkan kekesalannya, Ivan tiba-tiba saja membanting map yang ada di tangannya ke atas meja dengan keras. Erick terdiam kaget.

            Ivan menatap Erick dengan wajah terluka,

            "Kau piker aku senang dengan situasi ini? Apa menurutmu, aku sedang menikmati 'saat-saat' dimana ayahku... AYAHKU, RICK, sedang terbaring 'sekarat' di atas tempat tidurnya? Berani sekali kau mengira aku dengan senang hati lebih memilih mendatangi sebuah pameran yang 'luar biasa' menyenangkan itu, dari pada mendampingi ayahku yang sedang terbaring seperti sekarang! Jika kau sampai berfikir demikian, maka sia-sia kau mengenalku selama ini" ucap Ivan dingin.

            Ivan lalu memalingkan wajahnya dan kembali meraih map yang tadi dibantingnya. Ia seakan berkosentrasi penuh membaca isi map itu. Erick menatap Ivan penuh penyesalan,

            "Maaf, Bro. Aku memang keterlaluan. Maaf" Erick menundukan kepalanya pilu, " Hanya saja, ketika aku mendengar kabar pingsannya Yang Mulia, aku serasa kembali ke masa kanak-kanakku, ketika Pak Salim mengabarkan kematian kedua orang tuaku" Erick tersenyum pedih, "Tubuhku terasa kaku. Sakit. Sama sakitnya ketika saat itu" Erick menatap Ivan, " Setelah kematian orang tuaku, Yang Mulia sudah ku anggap sebagai ayah kandungku juga. Karena itu aku tidak mau kejadian yang sama terulang lagi. Aku tidak rela merasakan rasa sakit yang sama. Aku tidak mau... kau, juga merasakan rasa sakit yang sama. Sakit yang akan kau kenang seumur hidupmu" bisik Erick lirih. Matanya tampak berair.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun