"Good luck" kata Erick.
      Ivan tersenyum hambar,
      "Aku memang sedang membutuhkannya"
      Ivan berlalu keluar seraya menepuk pelan pundak sepupunya. Harun menunduk hormat pada Erick lalu mengikuti Ivan.
      Saat pintu kamar Ivan tertutup, Erick menatap pintu itu dengan wajah sedih. Perlahan Erick mengalihkan pandangannya pada bola karet yang ada di samping tempat tidur Ivan. Erick mendekati bola itu dan menggenggamnya dengan erat. Ekspresinya terlihat sedih,
      "Ayah, ibu. Aku merindukan kalian" bisiknya pilu.
      Sebutir air mata jatuh mengalir di wajah Erick. Erick tertunduk sedih di tepi tempat tidur Ivan.
@@@
      Ivan sedang berada dalam mobil. Ekspresinya terlihat kaku. Pengawal dan sopirnya saling pandang dalam diam, mengerti perasaan Ivan. Ivan memalingkan wajahnya ke luar jendela. Perlahan ia menurunkan jendela mobilnya. Ekspresi Ivan terlihat sedih diantara remangnya cahaya lampu ibu kota.
@@@
      Aya sedang duduk membaca. Sesekali ia melirik ke arah tas miliknya yang ada di atas meja. Aya lalu menghela nafas panjang dan membuka tasnya. Dari dalam tasnya, Aya mengeluarkan beberapa lembar kertas hasil searching yang ia lakukan di internet milik perpustakaan sekolah. Di kertas itu terdapat judul 'Machiavelli dan politik kerakyatan'. Aya mulai membaca kertas-kertas itu.