"Yah... mau bagaimana lagi. Sebenarnya aku tadi ingin menangis. Tapi kau tiba-tiba datang dan menggangguku. Terpaksa air mata kusimpan untuk nanti" keluhnya.
      Erick tersenyum,
      "Kalau kau ingin menangis..."
      "...carilah tempat yang sepi" sambung Ivan.
      Erick dan Ivan saling berpandangan sambil tersenyum. Ketika itulah, Harun tiba-tiba masuk dan memberi hormat.
      "Maafkan saya, Yang Mulia Pangeran. Namun saya ingin menyampaikan bahwa mobilnya sudah siap."
      Ivan mengangguk anggun,
      "Aku mengerti, Pak Harun. Aku segera ke sana"
      Harun mengangguk hormat.
      Ivan lalu menatap Erick,
      "Aku harus pergi"