Menahan Air Mata
Ivan sedang mengerjakan sesuatu di laptopnya, sementara pak Harun, yang ada di sampingnya, sedang membacakan jadwal Ivan.
      "...oleh karena itu, Yang Mulia Pangeran, anda diminta untuk menggantikan Tuanku Yang Mulia dalam membuka pameran lukisan ini" jelas Pak Harun.
      "Apa harus?" tanya Ivan tak acuh, tanpa melepaskan pandangannya dari laptop.
      "Maaf, Yang Mulia?" tanya Harun sedikit bingung.
      "Apa harus aku yang datang sendiri?" tanya Ivan, masih asyik dengan kegiatannya. Tak lama ia menatap Harun, "Apa tidak bisa diwakilkan?"
      "Yang Mulia Pangeran, pameran ini diselenggarakan oleh seorang pelukis negara kita yang memiliki reputasi mengagumkan di dunia internasional. Sumbangsihnya dalam mengenalkan budaya negara kita dikancah seni dunia, sudah tidak terhitung. Pameran nanti malam, juga merupakan pameran kelas dunia yang sudah ditunggu-tunggu oleh para pecinta seni. Jadi harapan pihak penyelenggara dan juga pelukis tersebut adalah agar Tuanku Yang Mulia berkenan membuka pameran ini. Tuanku Yang Mulia telah lama menyetujui undangan ini, namun beliau tiba-tiba memiliki keperluan bersama anggota Dewan Kerajaan. Itulah sebabnya beliau tidak bisa hadir" jelas Harun.
      Ivan tersenyum dan kembali melanjutkan kegiatannya semula,
"Dan aku yang terkena getahnya" keluh Ivan tak kentara.
      Harun menatap Ivan dengan ekspresi terkejut,
      "Yang Mulia"