Manager mengangguk antusias,
"Tentu saja, Yang Mulia" jawabnya.
Manager lalu menundukan badannya dengan hormat dan keluar kantor.
Saat pintu tertutup, Erick berdiri mendekati jendela kantor itu. Dari dalam tasnya, ia mengeluarkan teh kotak kesukaannya dan melamun menatap keluar jendela sambil menikmati teh itu. Ivan mengamatinya dengan seksama,
"Apa yang sedang kau pikirkan?"
Erick menggeleng pelan dan memutar badannya menatap Ivan,
"Tidak ada. Hanya saja pencarian ini semakin seru saja. Menurutmu kejutan apa lagi yang akan kita terima? Jangan-jangan gadis itu adalah mata-mata dari negara lain yang memiliki misi untuk memikat Pangeran Ivan" kata Erick.
Ivan tertawa kecil,
"Imajinasimu memang selalu luar biasa, Rick. Aku benar-benar menyarankanmu untuk mempertimbangkan pekerjaan sebagai seorang penulis. Aku yakin buku-buku yang keluar dari hasil pemikiran anehmu itu, pasti akan menjadi best seller!" ejek Ivan.
Erick tersenyum lebar,
"Terima kasih atas saran anda, Yang Mulia Pangeran! Nasehat dari anda akan menjadi bahan pertimbangan bagi saya." jawab Erick dengan gaya dibuat sehormat mungkin.