"Ndaklah, Cuma antar bungkusan cokelat ke kelas III SMA, apa salahnya? Masa aku izin suster? Cuma antar lalu pergi, Aku pikir mudah! Tidak sampai satu menit!"
"Lalu?"
"Ternyata tidak mudah.  Oleh temannya disuruh masuk ke dalam kelas. Kata temannya  Caecilia ada di dalam malas keluar. Aku bilang dari Lutfi.  Eh, pintunya dikunci dari dalam.  Walau rambut aku gondrong, pakaian aku parlente mirip Belanda. Di dalam kelas banak siswi Indo! Mereka sih  cuma nanya aku pakai Bahasa Belanda. Punya pacar atau tidak...begitu-begitu saja. Tetapi cerewet!"
Norma tertawa terbahak. Diikuti Widy. Â "Kamu bukannya senang?"
"Keringat dingin yang ada," kata Azrul. "Untung Susternya curiga, ini kok satu kelas jam istirahat tidak keluar. Dia mendapat firasat buruk dan akhirnya aku bebas! Aku ditegur karena kotak cokelat tidak dititip saja ke dia! Kamu juga dicari Tuh Lutfi!"
Norma  tertawa.Â
"Seperti Perjaka di Sarang Penyamun Perempuan! Sialan kau Lutfi! Â Cecilia itu pacarmu Ya?"
"Ha..ha..ha. Belum jadi pacar, kenalan di Metropole sama gengnya Nura dan Vivi."
Mereka tiba di sebuah peternakan Kuningan. Â Seorang anak laki-laki menyambut mereka.
"Somad, jadi kita main layangan!"
"Jadi!"