Kuningan, Sekitar Pukul 16.00
Widy terpukau melihat sejumlah kandang sapi.  Beberapa orang sedang memerah. Pemiliknya ayahnya Somad, namanya Babe Djuanaedi.  Badannya gemuk dan dia ramah menyambut mereka. "Pulang habis maghrib ya, nanti ajak kawan-kawanmu minum susu  segar!"
 Somad dan Lutfi mengajak Syafri, Azrul, Widy dan Norma ke lapangan.  Di sana sudah ada beberapa anak main layangan. Â
"Lah itu kan anak yang tadi sepedaan dari jalan Lembang?" tanya Widy.
"Iya, itu Ridwan, anak bandel juga sama anak itu!" kata Azrul.
"Memangnya dia sering mengajak main layangan," celetuk Syafri,
"Waduh, jangan-jangan memperalat lagi," kata Azrul.
Tetapi selama tiga puluh menit tidak apa-apa. Widy  dan Norma tampaknya menikmati main layangan.  Mereka tak henti-hentinya bersorak ketika berhasil menjatuhkan berapa layangan.
"Kamu menyesal nggak menikahi gadis remaja?" tanya Azrul pada Syafri.
"Nggak tuh! Asyik malah. Bulan madu aku malah main, main dan main!"
"Nah, di Medan Norma juga begitu. Â Bulan Madu kami dihabiskan di kebun tembakau, Brastagi, menyerempet bahaya ke daerah Aceh naik jip, hingga tentara marah sekali ketika gara-gara kami terpaksa bentrok dengan anak buahnya Daud Bereueh!"