Azrul tersenyum. "Istrimu mengingatkan aku pada istriku Norma Ginting, yang aku jatuh cinta bukan main."
"Wah istri kau Batak ya?"
"Norma menolak  disebut Batak. Dia merasa dirinya  orang Karo," jawab Azrul.
Mereka tiba di Jalan Lembang. Â Seorang laki-laki tua bersarung menyambut mereka. Â Itu Angku Mansyur. Â Dia sudah lama menunggu.
"Iko bininya Syafri. Onde rancak juo," kata Angku Mansyur.
Syafri dan Widy hanya membawa ransel kecil masuk bersama rombongan. Mereka sudah disediakan kamar. Â Seorang perempuan usia 20 tahun tak jauh di atas Widy menggendong bayi menyambut Azrul. Berlawanan dengan Azrul yang rambut gondrong, Norma berambut pendek mirip laki-laki.
"Norma, istriku, ini Uda Syafri dan ini Teteh Widy!"
"Kita sudah Indonesia ya? Bukan Minang semua!" seru Syafri.
"Iyolah," kata Angku Mansyur. "Ini perjuangan Bung Karno, Bung Hatta, Bung Natsir, Bung Syahrir."
"Nanti malam keluarga yang di Jakarta kumpul. Biar mereka yang tidak bisa datang ke Bandung tahu istri kamu!," kata Angku.
 Setelah Syafri dan Widy meletakan ranselnya di kamar, Angku mengajak Azrul, Syafri, Widy, Normal dan Lutfi, anaknya Angku Salat Asar  berjamaah di ruang keluarga.  Mereka minum teh bersama dan menikmati kue-kue.