"Alaa... memangnya mereka yang pacaran itu terbuka? Pasti sisi buruknya akan mereka sembunyikan masing-masing ? Lagian gampang di zaman internet ini aku bisa tahu siapa kamu. Â Masih anak baik-baik sih! Aku yakin adik kelasmu itu juga sudah mempelajari kamu. Pertanyaannya, kamu sudah tahu dia banyak, belum?"
Aku terdiam.
"Assalamulaikum!" Katanya dengan santai.
Wow! Pernyataannya tegas. Â Aku kemudian bergegas kembali ke hotel.
Bandung, 9 Maret 1957, Â Sasak Bereum.
"Widy! Jalan kamu cepat!"  Syafri tertinggal cukup jauh.  Dia mengejar  Mojang itu  yang tertawa kecil.  "Sok, susul aku?  KaNg Syafri kurang tidur. Katanya mau jadi imam aku?"
Syafri jadi panas. Dia mempercepat langkahnya.  Dia menyesali tas parasutnya yang cukup berat.  Sementara Widy hanya  membawa air minum dan sejumlah makanan.
"Kamu masukan apa ke tasku tadi waktu berangkat? Perasaan aku hanya membawa satu baju dan celana pendek kalau hujan tiba-tiba, juga ponco?"
"Aku masukan baju aku juga. Satu pasang."
Dia merasa berbunga. Â Itu simbol dia harus menanggung beban Widy, walau tidak tahu jadi apa tidak mereka menikah. Â Syafri inginnya Widy sampai sarjana muda dulu.
Mereka akhirnya tiba  kebun kina.  Ada dua orang penjaga melihat mereka. Tetapi Syafri dengan cepat menghampiri bahwa mereka hanya jalan-jalan menembus Ujung Berung.