"Jadi?"
"Ya, kalau selingkuh seperti itu, ya tidak bisa dimaafkan."
"Kamu kan sudah punya anak?"
"R" mengangguk. "Aku bisa pelihara. Anak perempuan."
"Kalau cerai, kamu minta anak kamu dinafkahi, walau sudah pisah? "
"Nggak akan!" Suaranya mengeras. Aku takut seiisi restoran mengeras. "Aku mampu!  Aku tidak mau terima nafkah  dari dia walau itu untuk anaknya!"
Tiba-tiba dia melihat wajahku."Kang Irvan mau cerita apa? Ada ya, seperti itu?"
Kesempatan aku konfirmasi. "Adik kelasku juga dikihanati sama suaminya?"
"Kamu simpati? Malah mungkin lebih? Cerita dong! Ya, kalau kamu mau deketin, sekarang jangan timbang sana, timbang sini. Atau ada yang kamu incar di Bandung?"
"Mmmh tidak tahu," kataku. "Aku bingung antara suka, simpati, sayang, kasihan,tetapi tampaknya belum jatuh cinta. Aku hanya ingin dekat."
"Jangan lama-lama. Nanti  banyak yang deketin loh!  Memangnya hanya kamu dia curhatin? Jangan-jangan ada yang lain!"