Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Gemini Syndrome, Episode Berdansa di Kota Romantis Bagian Kelima

23 Juni 2024   12:04 Diperbarui: 23 Juni 2024   12:10 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sasak Bereum-Foto: Irvan Sjafari

Setelah berfoto sebentar aku ikut menumpang ojek ke titik berikutnya hutan eucalyptus  atau pohon minyak kayu putih. Tingginya lebih dari sepuluh meter, daun-daunnya tipis. Amboi, pemandangan yang eksotis. Seolah-olah aku ada di zaman Jurassic. 

"Orang Sunda menyebut daerah ini sebagai Sasak Bereum atau jembatan merah," tutur Ayi.

Dia juga ceita bahwa malam hari daerah ini angker.  Banyak cerita aneh.  Mungkin saja. Aku patuh pada kearifan lokal. Seandainya harus berjalan malam. Ya, ikuti saja jalan yang sudah ada. Jangan macam-macam.  Mereka yang suka hilang di gunung, kan tidak punya pengalaman cukup untuk buat jalur, cari jalur padahal perbekalan tidak cukup.

Sayang saya kesiangan tiba di Patrol.  Kemarin malam "hotel asrama" itu berisik sekali. Akhirnya aku tidur larut malam mengobrol dengan beberapa turis cewek dari Denmark. Satu di antaranya menarik, tubuhnya mungil dan rambutnya pirang. Mereka sebetulnya ingin aku ajak menjelajah kawasan ini.  Tetapi aku sendiri tidak tahu medannya. 

Sudah itu jalan ke Lembang macet minta ampun. Ini kan hari Kamis? Bisa-bisanya gerombolan Jakarta berplat B ini memenuhi jalan.

"Sudah selesai foto-fotonya Kang?" Kang Ayi mengingatkan aku.


Kami kemudian melanjutkan perjalanan ke titik berikutnya ketika hutan eucalyptus berlahan berubah menjadi hutan pinus.  Kira-kira sepertiga perjalanan.  Ini panorama yang mirip dengan Jayagiri namun sudah dibelah jalan.  Titik berikutnya ini menjelang Kampung Palintang yang tampak begitu menakjubkan dari atas.

Allah hu Akbar, seandainya aku berkeluarga,  aku punya keinginan punya rumah di sini  dan tinggal setiap akhir pekan dan turun ke Bandung di hari kerja. Tentu menyenangkan, karena Bandungnya sendiri mulai sumpek.  Asal saja gerombolan itu tidak menjadikan daerah ini sebagai wisata komersil seperti di bawah yang menerabas lahan seenaknya saja tanpa memperhitungkan dampak ekologis.

Sayang setelah dua pertiga jalanan mulai banyak perumahan hingga pemandangan tidak terlalu memikat. Kecuali ibu petani berpakaian kebaya  dan persawahannya yang masih diolah tradisional.

SMS dari Annisa Indah, harusnya janji wawancara di Bandung hari ini juga sehabis saya bertemu Sabrina Sameh. Tetapi dia rupanya tidak fit. Padahal rumahnya di Cigadung daerah  Bandung Utara. Dia hanya kasih Blackberry.

Tiba di Ujung Berung setelah tengah hari. Aku merogoh kocek Rp70 ribu carter ojek.  Dari Ujungberung ke kawasan Sultan Agung, sebuah distro untuk bertemu pembalap drag itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun